Justru SBY sendiri yang di awal kepemimpinannya, November tahun lalu, menyatakan akan mengkaji ulang kinerja para pembantunya. Ketika dicecar para pewarta setelah menyampaikan paket ekonominya di ujung Agustus lalu, ia menjawab akan konsisten dengan kebijakannya. Memang banyak pihak yang menyuarakan desakan serupa, tapi hal tersebut bukan murni menagih janji, melainkan dilatari jatuhnya nilai rupiah hingga mendekati titik nadir krisis Juli 1997, saat 1 dolar mencapai Rp 14 ribuan. Pihak-pihak ini menuntut perombakan kabinet, khususnya para menteri urusan ekonomi.
Akankah SBY melakukan merombak kabinet? Tahan sebentar: apakah perombakan bentuk jawaban terbaik? Menurut saya, kita tidak bisa bilang ya secara definitif. Kita toh tahu, pergantian bukan jaminan yang akan menghasilkan satu atau sederet nama yang cocok. Lagi pula, memangnya banyak tokoh sejati di negeri pertiwi ini? Pergantian menteri hanya akan berefek positif jika kinerja para penggantinya lebih baik dan tidak mendapat resistensi politik. Jadi, ada risiko tersendiri dengan pergantian susunan menteri.
"Mungkin" adalah kata yang tepat, dengan catatan bahwa pilihan perombakan kabinet hanya akan diambil sebagai "kartu truf" terakhir sang Presiden. Sementara, SBY akan menunda keputusan ini sambil menunggu perbaikan kinerja rupiah. Pertimbangannya adalah sbb: pertama, kalau kebijakan perombakan tertempuh, SBY akan melakukannya secara menyeluruh. Demi konsistensi dan tatakrama ketimuran. Strategi menyelamatkan muka masih diperlukan bagi kita, sebagai bangsa yang agak muna. Kedua, yang cukup aman bagi SBY adalah mencopot para menteri yang tidak memiliki dukungan kuat parpol, atau yang bukan hasil penunjukan politis oleh parpol, misalnya saja menteri perdagangan, menteri industri, atau menteri keuangan.
Pertimbangan lain, mengingat bola panas reshuffling dilatari oleh kegagalan kebijakan ekonomi menyangkut nilai rupiah dan kenaikan inflasi, maka sasaran tembak yang tepat adalah melengserkan menteri keuangan. Untuk itu, skenario yang cukup elegan dan berkesan santun begini: menteri tersebut akan diminta secara halus untuk mundur dari jabatan, atas alasan kesehatan.
Jika kita telusuri terus skenario ini, maka pertanyaan berikutnya adalah: siapa yang pas menggantikan menteri Jusuf Anwar? Mantan penyanyi Randi Anwar, atau Syamsul Anwar mantan petinjukah? Ini pertanyann lain. Jawabannya perlu posting tersendiri. Sementara menunggu posting berikutnya, kalau saya masih tertarik menelusurinya, mari pinjam perkataan menteri tersebut tatkala rupiah mendekati ceban tempo hari:
Don't worry; be happy, lah!