Sebenarnya bagaimana sih caranya memastikan dengan tingkat kepercayaan yang cukup bahwa kapasitas produksi minyak mentah pengilangan minyak x adalah y ton barel per hari? Bagaimana kita bisa tahu kapal anu pengangkut minyak mentah membawa z ton barel? Berhubung melibatkan volume yang besar, sistem peneraan volume dalam produksi minyak pasti tidak sesensitif peranti tera pada SBU. Tapi siapa yang mengaudit produksi minyak di negeri ini? Bagaimana kinerja dan kredibilitasnya? Apa pernah kita pertanyakan hal beginian?
Pencurian dan penyelewengan hasil produksi minyak milik rakyat Indonesia, sebagaimana dilaporkan oleh media baru-baru ini re Lawe-Lawe, mustahil baru. Pasti sudah dari dulu. Lagi pula, ini bukan dugaan; ini hasil obrolan saya dengan mantan pejabat di bidang perminyakan. Salah satu harian nasional hari ini menurunkan beberapa tulisan yang intinya senada. Mana ada yang pernah atau mampu menghitung berapa besar kerugian rakyat Indonesia selama ini!
Perlu saya sebut di sini, program penghilangan subsidi BBM memang suatu kebijakan yang perlu didukung. Saya juga mendukung penuh. Namun, penghilangan subsidi ini mesti dilakukan dengan benar dan adil (fair), yaitu setelah pemerintah memaksimalkan efisiensi produksi minyak. Kalau harga BBM dinaikkan Pemerintah secara drastis 50% atau lebih, seperti disebut Nyonya Mulyani dan Tuan Kalla, tanpa pemerintah melakukan sesuatu terhadap hal-hal mendasar di atas, ini sama artinya menganggap bahwa semua hal mendasar di atas mengada-ada. Padahal hal-hal tersebut untuk kepentingan bersama kita sebagai anak bangsa.
Bahwa kompensasi kenaikan BBM secara langsung dari pemerintah kepada orang-orang miskin akan berjalan sesuai harapan adalah suatu asumsi yang sangat mahal! Tapi, taruhlah harapan ini dapat terpenuhi 100%. Kebijakan penaikan harga BBM secara mendadak mendekati harga minyak dunia akan membuktikan diri sebagai satu dari sekian program pemiskinan rakyat. Segelintir orang, akan untung--mis. para penyelundup dan oknum serta aparat yang terlibat. Mayoritas rakyat Indonesia akan "buntung"; kita akan merasakan kemelaratan yang semakin merata.
Kenaikan BBM akan menaikkan hampir semua harga. Inflasi sebagai konsekuensinya adalah keniscayaan, karena hampir semua produk jasa dan konsumsi terkait langsung dengan transportasi. Kapan tekanan inflasi akan mengendur, ini tidak dapat dipastikan, kecuali bahwa tekanan tersebut akan bertahan lebih lama dari 3 bulan (sedangkan program subsidi langsung secara kontan akan diberikan selama 3 bulan). Sementara itu, tingkat bunga perbankan dan non-perbankan akan meningkat dan sumber-sumber pendanaan akan semakin mahal didapat.
Mengapa pemerintah kita tampaknya "kebelet" untuk menaikkan harga BBM tanpa memaksimalkan efisiensi dulu? Ada kepentingan "pasar" dalam hal ini. Hanya sejumlah kecil dari penduduk Indonesia mengetahui, bahwa mulai bulan Nopember nanti Pertamina untuk pertama kalinya akan melepas monopoli penjualan bensin di Indonesia, sehingga konglomerasi penjaja bensin swasta, seperti Shell dan Petronas, akan dapat menjual bensin mereka di pasaran Indonesia. Jadi, kekebeletan ini pasti akan baik untuk kemashalatan mereka, tetapi juga akan sangat mencekik leher rakyat Indonesia.
Tapi apa benar masalahnya sehitam-putih begini? Kok, mudah sekali; padahal ratusan juta penduduk ini terbagi dua antara mereka yang setuju dan tidak setuju dengan penghilangan subsidi.